Sabtu, 14 Agustus 2010

TUJUH BELAS AGUSTUS WAKTU ITU ... .

Tujuh belas Agustus waktu itu ada lomba. Aku ikut lomba makan krupuk. Banyak sekali pesertanya. Belum lagi penontonnya, antusias juga. Mental juaraku yang belum terasah membuatku ketakutan. Aku pun bersiap melarikan diri. Belum sempat ambil ancang-ancang kaki, aku dipanggil oleh juri. Dengan wajah memelas aku maju ke tengah arena dengan empat peserta lainnya. Empat kerupuk sudah disiapkan. Kerupuk-kerupuk itu digantung di langit-langit kantor balai desa.

"Satu... dua ... tiga," suara juri memecah ketakutanku.

Aku buru-buru menengadahkan kepalaku, mencoba menggigit kerupuk itu. Kerupuk itu begitu alot terasa di lidahku. Ouh,...siapa di sana? Mataku tak lagi terfokus pada kerupukku. Mataku tertumbuk padanya. Tak bisa lepas darinya. Ketakutan itu semakin keras kurasa. Sosok itu membuat ketakutanku timbul sempurna.

Aduh! Hiks...hiks...hiks...aku mulai menangis. Hu...hu...hu... Semakin keras saja suara tangisku ketika sosok itu menghilang. Aku menghentikan memakan kerupuk itu.

"Riya!" panggil salah satu juri.

Aku tak mempedulikannya. Aku terus mengikuti sosok itu. Satu sosok tubuh yang menggendong seorang anak kecil di pinggangnya.

"Mak!!" panggilku.

Sosok itu, yang tak lain ibuku menghentikan langkahnya.

Hu...hu...hu...suara tangisku semakin keras.

"Katanya lomba makan kerupuk," ibuku kudengar berkata-kata. "kok malah menangis?"

Hu...hu...hu... suara tangisku tak mau berhenti.

"Ya, sudah, kalau begitu pulang saja!" Ibuku berkata tegas sekali.

Aku menghentikan tangisku. Aku berjalan mengekor di belakangnya.

Hihihi...inilah pengalamanku ketika lomba makan kerupuk dua puluh lima tahun lalu. Masih ingat saja sampai sekarang. Habis memalukan sih. Jadinya, ya, teringat terus. Waktu itu aku masih TK dan terkenal nakal sebenarnya. Tapi, begitu lomba, aku tak bernyali sama sekali. Apalagi ketika ibuku menontonku makan kerupuk itu. Aku begitu ketakutan. Wkwkwkwk.

Tapi, sekarang aku tak ingin membicarakan masalah itu. Ada masalah penting lain yang ingin kutuliskan di sini.Apa tak ada lomba menarik lain yang bisa kita adakan untuk memperingati hari kelahiran negara kita tercinta? Tak pernahkah kita berpikir bahwa lomba makan kerupuk itulah salah satu penyebab orang-orang Indonesia begitu greedy ketika melihat uang hingga menyebabkan mereka begitu tega makan uang rakyat?

Aku sih baru berpikir tentang lomba makan kerupuk sekarang ketika Anaz mengadakan lomba ini. Coba dulu, kalau lombanya bukan makan kerupuk tapi lomba mata pelajaran, maka generasi-generasi sekarang tak suka makan uang banyak-banyakan dan cepat-cepatan. Apalagi kalau mereka tahu yang mereka makan bukan uang mereka sendiri tapi uang rakyat, mereka pasti akan berusaha keras untuk buru-buru mengembalikan? Asal kita tahu saja, pemenang lomba makan kerupuk itu pastilah orang yang paling cepat menyelesaikan makannya atau kalau tidak, ya, orang yang paling banyak makan kerupuknya. Hehehehe. Jadi, ada kaitannya kan lomba makan kerupuk dengan banyaknya koruptor di negeri kita sekarang? Para koruptor itu berlomba siapa yang lebih dahulu menghabiskan uang rakyat atau siapa yang paling banyak menghabiskan atau mengambil uang rakyat? Klop, kan dengan kriteria pemenang lomba makan kerupuk.

Kalau dulu lombanya mata pelajaran, maka generasi yang terbentuk adalah generasi pekerja keras yang cinta akan buku dan ilmu. Mau lomba mata pelajaran tapi tidak belajar keras atau malas membaca buku, bagaimana bisa menjadi pemenang? Tidak mungkin 'kan? Seorang pemenang lomba mata pelajaran, pastilah dia bekerja keras untuk menguasai seluruh materi lomba yang akan diikutinya. Tanpa itu, bagaimana dia bisa menang? Selain itu, juga akan membentuk pribadi-pribadi yang mempunyai sifat kompetitif atau mau bersaing dengan orang lain. Sifat kompetitif inilah yang akan membuat Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain.

Sebenarnya, tidak hanya lomba mata pelajaran saja yang bisa kita selenggarakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke - 65. Kita bisa juga mengadakan lomba bulu tangkis, sepak bola, kasti (waktu penulis masih di Purwodadi, lomba kasti ini selalu diadakan di tingkat kecamatan dan diikuti oleh seluruh desa yang ada di Kecamatan Wirosari - kecamatan di mana penulis tinggal, tapi tampaknya lomba itu sudah tidak ada sekarang), dan aneka lomba lainnya yang bisa menumbuhkan sikap kompetitif pesertanya.

Masih cocokkah lomba makan kerupuk diadakan untuk memperingati HUT RI? Berdasarkan paparan penulis di atas, para pembaca bisa menyimpulkan sendiri 'kan?

Tulisan ini ditulis untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh anazkia.blogspot.com. Mau ikutan? Klik link berikut ini: http://anazkia.blogspot.com/2010/08/ramadhan-maaf-maafan-dan-17an.html

2 komentar:

  1. Mbak, mau ngetawain kisah kecilnya hahahaha.. entu menang gak? :D

    Makasih yah, partisipasinya.. :) analoginya bagus. Semoga ke depannya bangsa kita lebih baik lagi, Insya Allah...

    BalasHapus
  2. heheheh...tentu tidak!!! Aku 'kan lari sebelum pertandingan selesai.hehehe

    BalasHapus