Sabtu, 09 Oktober 2010

SEORANG SULTHANAH

 SEORANG SULTHANAH

“Siapa yang berani menolak permintaan kita?” tanya Kapten kapal yang berperawakan tinggi besar.

“Saya tidak tahu siapa dia?” jawab awak kapal. “Tapi … “

“Maksudmu?” potong Kapten kapal.

“Dia adalah pemimpin di sini,” lanjut awak kapal.

“Temukan aku dengannya!” Kapten kapal berjalan meninggalkan anak buahnya. Matanya memandang ke kapal yang dipimpinnya. Kapal besar yang sudah melalang buana ke mana-mana. “Takkan kubiarkan Inggris dipermalukan begitu saja,” bisik hatinya.

****
“Orang itu menunggu Tuan di istananya,” jelas awak kapal kepada tuannya.

“Antar aku ke sana!” Kapten kapal berjalan mendahului anak buahnya. Pakaian kebesarannya melambai-lambai tertiup angin laut yang berhembus perlahan.

****
“Siapa yang berani menolak permintaan kami untuk membuat benteng pertahanan di Aceh ini?” Kapten kapal dagang Inggris bertanya tidak sabaran.

“Aku!” jawab sebuah suara lantang.

“Anda?” Kapten kapal itu bertanya tak percaya.

“Bukan hanya Inggris yang diperintah seorang Ratu,” suara itu berkata lagi dengan  lantangnya. “Tapi juga Aceh. Aku Sultanah ketiga Kerajaan Aceh, Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Shah.”

“Ouh…” Kapten kapal Inggris tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

“Inggris boleh datang dan berdagang di Aceh,” Sultanah Zaqiatuddin Inayat Shah berkata tegas. “tapi, dia tak boleh membuat benteng sendiri.”

Kapten kapal Inggris merasakan bahunya merosot seketika. Dia kalah telak oleh seorang wanita.

*Jumlah kata termasuk judul: 200 kata
** Tema Politi/Percintaan (cinta kepada tanah air terutama)



Diikutkan dalam lomba di sini

Jumat, 08 Oktober 2010

PRESTASI BLOG INI

Prestasi blog ini adalah salah satu tulisannya menjadi juara II lomba menulis yang diadakan ekacerita.com.

Please, take a look.

Sabtu, 18 September 2010

SURAT CINTA PENUH DOA UNTUKKU DAN (CALON) ANAKKU

Semarang, 18 September 2010

Kepada:
Anakku tersayang karunia Allah yang luar biasa

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Anakku tersayang ... .
Hari ini kutulis surat ini dengan sebuah harapan kelak kau akan membacanya. Sebuah surat cinta yang jauh hari kutulis sebelum kau ada.

Anakku tersayang ... .
Pertama-tama Bundamu minta maaf yang sebesar-besarnya karena sampai usia tiga puluh satu ini, Bundamu belum berbuat apa-apa untukmu. Bahkan Bundamu masih sendiri, bagaimana Bundamu bisa mengandungmu? Kau masih jauh dari jangkauan. Sekali lagi, Bundamu minta maaf yang sebesar-besarnya padamu. Dalam usia yang tak lagi muda ini, apa yang baru bisa Bundamu lakukan adalah menulis surat. Sebuah surat cinta yang berisi ribuan harapan dan doa untukmu. Bunda berharap kau akan memahami hal ini, Nak.

Anakku tersayang ... .
Sebelum Bundamu menuliskan segala cinta dan harapannya, biarkan Bundamu bercerita. Jauh hari sebelum kau ada, Bundamu pernah menuliskan sebuah cita-cita di atas sebuah buku bersampul ungu dengan bentuk mind mapping ala Tony Buzan. Bunda menulis di sana, anak Bunda tak hanya satu tapi sepuluh dan anak pertama Bunda kelak haruslah menjadi seorang hafidh sekaligus petenis profesional. Bunda juga menuliskan harapan-harapan Bunda untuk anak kedua hingga kesepuluh yang akan Bunda lahirkan dari rahim Bunda. Bunda mempunyai harapan yang sama untukmu, anak pertama, dan anak-anak Bunda selanjutnya: sepuluh dari kalian menjadi seorang hafidh/hafidhah meski dengan cita-cita yang berbeda yang Bunda sematkan di pundak kalian semua.

Tapi, biarlah pada kesempatan ini Bunda menulis surat untuk anak pertama Bunda yang bahkan Bunda belum tahu siapa kelak yang menjadi ayahnya. Untuk anak-anak Bunda selanjutnya, biarlah Bunda menulis surat untuk mereka setelah kau, anak pertama, lahir.

Anakku tersayang, ... .
Atas nama cinta, Bunda menunggu seorang laki-laki yang Bunda harapkan menjadi ayahmu. Bunda mengenalnya ketika Bunda berusia dua puluh enam tahun. Dia laki-laki luar biasa yang ada manakala Bunda terluka. Dia menemani Bunda manakala Bunda membutuhkan teman cerita. Dia selalu di samping Bunda ketika Bunda membutuhkan sebuah uluran tangan. Bunda menunggunya dan terus menunggunya. Tapi, dia yang diharapkan Bunda tak pernah menganggap Bunda ada. Dia yang diharapkan Bunda hanya menganggap Bunda sebagai teman saja. Bunda pun menua dalam kecewa. Inikah cinta yang Bunda harapkan?

Dalam proses menunggu ini, Bunda tak hanya berdiam diri saja. Lewat Murabi Bunda, Bunda menceritakan rasa yang terpendam lama ini. Murabi Bunda hanya menjawab singkat, "Ikhlaskan diri dengan jalan yang dipilihkan Allah buatmu."

Anakku sayang, ... .
Bunda belum memiliki keikhlasan itu. Bunda masih mencintai dan mengharapkan laki-laki yang membuat Bunda menua dalam kecewa.

“Keinginan Mbak Riya untuk menikah sama besarnya dengan kemauan Mbak Riya untuk berubah,” kata Murabi Bunda suatu ketika.

Bunda terpana mendengar kata-katanya karena berubah di sini tak hanya dalam sikap dan perilaku saja, tapi juga dalam rasa. Lima tahun Bunda mencinta dengan hasil yang jauh dari asa yang terpupuk lama.

Bunda pun mencari ikhlas. Tak Bunda temukan di manapun dia. Ikhlas tak ada di semesta raya ternyata. Dia ada di dinding-dinding sukma. Hingga akhirnya Bunda menemukan kata-kata positif dari Pak Mario Teguh, "Pasrah adalah ilmunya orang hebat. Dia sudah memastikan bahwa yang bisa dikerjakannya, TELAH dikerjakannya, dan dia memastikan bahwa yang diserahkannya kepada Tuhan adalah yang HANYA bisa dilakukan oleh Tuhan. Dia tidak akan pasrah, sebelum dia memenuhi tugasnya sebagai jiwa yang berupaya, untuk memenuhi syarat agar Tuhan mengubah nasibnya.Pasrah adalah ilmunya orang hebat."

Bunda sudah berusaha dan yang bisa Bunda lakukan sekarang adalah menyerahkan semua keputusan di tangan Allah. Tak penting lagi apakah laki-laki yang membuat Bundamu menua dalam kecewa akan menjadi ayahmu atau tidak. Yang terpenting dari semuanya adalah ayahmu haruslah seorang laki-laki beriman dan berjuang di jalan Allah, penuh rasa tanggung jawab kepada diri pribadi, keluarga, dan negaranya dengan selalu memperjuangkan cita-cita mulia: memperjuangkan tegaknya Islam, tak pernah surut langkah meski rintangan menghadang, dan akan selalu maju ke depan meski badai besar menghantam. Bunda berharap Bunda akan menemukan laki-laki itu pada tahun ini sehingga Bunda bisa segera menimangmu dan menyanyikan lagu nina bobo’ untukmu.

Anakku tersayang, ... .
Itulah sekelumit perjalanan Bunda dalam mencari ayahmu. Berliku. Namun, dengan keyakinan pasti, dia akan Bunda temukan agar kau segera ada menyapa kita semua di dunia.

Sekarang, Bunda akan menuliskan segala harapan Bunda kepadamu.

Dalam perjuangan Islam pada zaman Rasulullah dulu ada seorang pemuda nan perkasa. Akhlaknya mulia lagi luas ilmunya. Rasulullah pun mengangkatnya sebagai menantunya. Ali bin Abi Thalib namanya. Sosok pertama yang memeluk islam dari golongan remaja.

Dalam sujud panjang Bunda, Bunda selalu berdoa agar kau bisa sepertinya. Muda, perkasa, berilmupengetahuan luas dan berani berjuang membela Al Quran, membela ayat-ayat Allah yang mulai tergerus kemajuan zaman. Sedih melihat banyak remaja sekarang yang jauh dari nilai-nilai indah Al Quran, sebuah petunjuk, pembeda, penjelas, obat bagi semua manusia di dunia.

Anakku tersayang, … .
Hanya Al Qur’an aturan yang benar. Karena itu, Bunda harapkan, kau bisa menjadi garda terdepan pembelanya. Seperti Ali bin Abi Thalib yang selalu berada di sisi Rasulullah pada setiap pertempuran yang diikutinya dengan tujuan untuk mendapatkan syahid tentu saja.

Anakku tersayang, … .
Bacalah kisah berikut ini. Sebuah kisah tentang salah satu pemimpin Islam yang adil dan sederhana tiada tara. Umar bin Abdul Aziz namanya. Ketika dia menjadi Khalifah Islam, dia tinggalkan istana yang seharusnya di tempatinya. Dia memilih gubug reot dengan dua baju saja yang dibawanya. Satu baju dipakainya, satu lagi dicucinya. Khalifah luar biasa yang tiada duanya ini sangat memperhatikan rakyatnya. Di bawah kepemimpinannya, umat Islam sejahtera hingga orang mau bersedekah, berinfak, dan berzakat kebingungan karena fakir miskin tak ada.

Anakku, kalau kau tak bisa seperti Ali bin Abi Thalib, jadilah kau seperti Umar bin Abdul Aziz. Cucu Umar bin Khatab, putra dari Abdullah bin Umar ini adalah Khalifah Islam yang meninggalkan kegelimangan harta karena takut menjadi tak amanat dalam menjalankan makanahnya.

Anakku tersayang, … .
Jika kau tak bisa menjadi seperti mereka berdua, cukuplah kau menjadi diri sendiri dengan kepribadian yang Qur’ani. Selalu menebar dakwah di manapun kau berada, memahamkan umat untuk sebuah cita-cita mulia: tegaknya Islam di dunia, Islam sebagai rahmat semesta.

Anakku tersayang, … .
Itulah sepenggal kisah Bunda dalam menemukan ayahmu, harapannya bisa kau ambil hikmahnya kelak manakala kau sudah dewasa. Demikianlah sepenggal harapan Bundamu, tak ingin kau menjadi penguasa lalim tapi jadilah penguasa sederhana yang dekat dengan rakyatnya yang sejahtera. Tak ingin kau menjadi pemuda nan mempesona tapi lemah tak terkira, namun jadilah pemuda perkasa penegak Islam di manapun berada.

Anakku tersayang, … .
Cukup sekian surat dari Bunda. Salam sayang untukmu.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Love you always

Bunda Riya




Tulisan ini diikutkan untuk mengikuti lomba menulis di sini

Rabu, 15 September 2010

DONGENG DAN PERANANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA: Sebuah Studi Pustaka dan Kuesioner Sederhana untuk Membentuk Generasi Penerus Bangsa yang Mempunyai Nilai N-Ach Tinggi

a. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berpenduduk sangat besar tapi dengan kualitas penduduk yang sangat jauh dari yang diharapkan. Hampir di semua bidang, Indonesia kalah jauh meski itu dibandingkan dengan negara yang sama-sama terletak di Asia Tenggara. Kemampuan bidang Matematika dan Sains Indonesia hanya berada di peringkat 109 dari 174 negara yang disurvey pada tahun 2000. (http://diniirawatitag.blogger.com)

Selain kemampuan Matematika dan Sains Indonesia yang kalah jauh dengan negara lain, kemampuan baca-tulis anak-anak Indonesia juga sangat jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain. Semangat untuk maju rakyat Indonesia juga masih rendah. Rakyat Indonesia masih suka bermalas-malasan dan berpangku tangan. Belum lagi mental KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)nya, sangat-sangat membuat yang melihatnya geleng-geleng kepala. Mulai dari tingkat bawah sampai tingkat atas, dari rakyat biasa sampai pejabat negara, semua mempraktekkannya.

Mental-mental seperti ini haruslah dihilangkan jika Indonesia tidak ingin semakin ketinggalan dengan negara-negara lainnya. Pembentukan karakter yang buruk harus segera ditinggalkan, diganti dengan pembentukan karakter yang baik melalui ‘sekolah imajinasi’. Ya, sekolah imajinasi adalah solusi cerdas untuk menghilangkan karakter buruk yang sudah menjadi stigma Indonesia saat ini. Lewat sekolah imajinasi akan terbentuklah sebuah karakter bangsa yang bermental baja, hingga mudah untuk mengejar ketertinggalan dari negara lainnya karena dalam sekolah imajinasi inilah – nilai-nilai positif suatu bangsa – bisa ditanamkan lewat dongeng yang terkurikulum: dongeng-dongeng yang mengandung pesan moral yang tinggi, yang dalam istilah David McClelland dikenal sebagai the need for achievement – n-Ach.

Dongeng yang diceritakan pada masa kanak-kanak akan terus membekas. Hal ini cukup beralasan karena anak adalah pendengar yang baik, apalagi ketika mereka masih di bawah usia 15 tahun. Bisa dikatakan, dongeng dengan apapun yang diberikan akan membuat anak terpesona bahkan terpengaruh hingga mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau dongeng itu mengandung nilai n-Ach yang tinggi.

b. Dongeng
Hernowo dalam bukunya Bu Slim dan Pak Bil: Memimpikan Sekolah Imajinasi mengungkapkan bahwa sebagian besar dongeng mengikuti format yang sama dengan cerita dan, meskipun bisa jadi bersifat nyata, dongeng lebih sering bersifat fiktif. Dongeng memiliki format yang memberi kebebasan yang cukup besar dalam berimajinasi dan berkreativitas. Dongeng berisi cerita yang menembus batas-batas realitas, menentang hukum-hukum logika, dan membawa kita menuju dunia yang di sana langit berwarna ungu, dan orang-orang berada dalam keadaan sempurna. Dongeng mampu menerbangkan kita ke dunia antah-berantah, seperti dongeng dalam Alice in Wonderland atau Gulliver’s Travels (2005: 17)

Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ia adalah cerita rekaan yang kebenarannya belum dapat dipastikan. Hampir sama dengan itu, James Dananjaja dalam Mendongeng sebagai Metode Pembelajaran (http://lidahtinta.com) mengatakan bahwa dongeng termasuk jenis cerita pendek kolektif kesastraan lama dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng hanya diceritakan untuk menghibur.

David McClelland dalam Soenardi mengatakan bahwa dongeng yang baik adalah dongeng yang mempunyai nilai n-Ach yang tinggi, yaitu: optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan tidak cepat menyerah. Dongeng-dongeng yang mengandung nilai n-Ach yang tinggi juga membuat suatu negara mengalami pertumbuhan yang tinggi dalam masa 25 tahun mendatang.  (Soenardi, 2003: 100)

Dalam penelitiannya itu, McClelland mengambil sampel Inggris dan Spanyol, dua negara raksasa di awal abad ke 16. Dalam perkembangan selanjutnya, Inggris menjadi negara maju, sementara Spanyol, sebaliknya, mengalami kemunduran yang mengenaskan. Mengapa terjadi begitu? Apa sebab yang mendasarinya?

Pertanyaan ini sangat mengusik McClelland. Seluruh semak telah disibak, rumput-rumput juga telah dipangkas, tetapi McClelland tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Akhirnya dia melirik pada satu hal yang kurang diperhatikan orang: dongeng. Kelihatannya, kata McClelland, dongeng-dongeng yang berkembang di Inggris pada awal abad 16 mengandung semacam “virus” yang menyebabkan pendengarnya dijangkiti penyakit “butuh berprestasi”, the need for achievement—yang kemudian disimbolkan sebagai n-Ach yang sangat terkenal itu. Virus n-Ach itu, menurut McClelland, meliputi tiga unsur, yakni: optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap tidak gampang menyerah.

Tiga unsur ini tidak ada dalam dongeng-dongeng Spanyol di abad 16; muatan-muatannya lebih banyak meninabobokkan, “virus” n-Ach itu tidak ada sedikit pun. Dalam buku, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, karya Arief Budiman (Gramedia, 1995), dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk meyakinkan dirinya atas penemuan tersebut, McClelland melakukan riset sejarah.

Ia mengumpulkan dokumen-dokumen sastra dari zaman Yunani kuno seperti puisi, naskah drama, pidato penguburan, surat para nahkoda kapal, kisah epik, dan lain sebagainya. Karya-karya tersebut dinilai oleh para ahli yang netral, apakah di dalamnya mengandung semangat n-Ach yang tinggi, atau sebaliknya, kurang, atau bahkan tidak ada sama sekali.

McClelland juga mengumpulkan lebih dari 1300 cerita/dongeng dari pelbagai negara, dari era 1925-1950an. Setelah dikaji dan diselidiki, hasilnya menunjukkan bahwa cerita-cerita anak yang mengandung nilai n-Ach yang tinggi pada suatu negeri, selalu diikuti dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula di negeri itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian. (http://blogspa.wordpress.com)

C. Fungsi Cerita bagi Pendidikan Anak-Anak
LPP Insantama dalam bukunya Menjadi Pendidik Profesional mengungkapkan bahwa cerita sangat bermanfaat sekali bagi anak-anak. Manfaat cerita itu antara lain:
    1.    sebagai sarana kontak batin antara pendidik dengan anak didik
    2.    sebagai media untuk menyampaiakan pesan-pesan moral atau ajaran-ajaran tertentu
    3.    sebagai metode untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan
    4.    sebagai sarana pendidikan emosi anak
    5.    sebagai sarana pendidikan fantasi/imajinasi/kreativitas anak didik
    6.    sebagai sarana pendidikan bahasa anak didik
    7.    sebagai sarana pendidikan daya pikir anak didik
    8.    sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman batin dan khasanah pengetahuan anah didik
    9.    sebagai salah satu metode untuk memberikan terapi pada anak-anak yang mengalami masalah psikologis
10.    sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan (100)



D. DONGENG DAN PERANANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA:  Sebuah Studi Pustaka dan Kuesioner Sederhana untuk Membentuk Generasi Penerus Bangsa yang Mempunyai Nilai N-Ach Tinggi

1.    Laporan Kegiatan yang Dilakukan
Untuk membuktikan peranan dongeng dalam kehidupan seseorang, penulis, selain menggunakan studi kepustakaan, juga menggunakan kuesioner sederhana. Penulis menyebar 50 kuesioner tapi yang kembali 43, lima kuesioner tidak kembali, satu kuesioner tidak menjawab pertanyaan dengan lengkap dan satu kuesioner lain tidak menjawab pertanyaan dengan sebenarnya. Kuesioner ini penulis berikan kepada responden dengan rentang usia 15 tahun – 40 tahun, dengan jumlah gender: 67,44 % atau sebanyak 29 orang adalah perempuan, 32,56% atau sebanyak 14 orang adalah laki-laki, rentang pendidikan dari SMP sampai S I perguruan tinggi dan dari berbagai bidang  pekerjaan.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner sederhana yang diberikan pada responden:
1.    Nama        :
2.    Usia        :
3.    Pendidikan        :
4.    Pekerjaan        :
5.    Alamat        :
6.    No HP/Telepon     :
7.    Dongeng favorit (masih diingat hingga sekarang) :
8.    Alasan        :
9.    Pengaruh yang dirasakan sampai sekarang :



2.    Laporan Hasil
Berikut ini adalah hasil dari kuesioner yang diberikan. Berdasarkan jawaban yang diberikan masing-masing responden bisa disimpulkan bahwa dongeng yang berbeda mempunyai pengaruh yang berbeda pula dalam diri seseorang hingga mereka dewasa bahkan punya anak.
Berikut ini penulis sajikan 20 pengaruh dongeng bagi para responden yang mengisi kuesioner yang penulis berikan, yaitu:
1.    selalu berhati-hati  dalam tingkah laku terutama kepada orang tua/ibu (judul dongeng: Malin Kundang)
2.    membuat saya tidak takut berimajinasi, dan menetapkan target-target yang seharusnya tidak mungkin dimiliki … ternyata semua bisa kalau kita menginginkannya (judul dongeng: Aladin)
3.    berkarakter kuat (judul dongeng: Pak Pandir Kelana 1 Pukul 7 Mati)
4.    ingin bertemu atau membayangkan dapat bertemu dengan pangeran (judul dongeng: Cinderela)
5.    memberi semangat dalam menghadapai persoalan hidup (judul dongeng: Cinderela)
6.    menginspirasi untuk selalu menghormati orang tua, khususnya ibu dan jangan pernah menyakiti hatinya (judul dongeng: Malin Kundang)
7.    prinsip-prinsip untuk konsisten pada komitmen yang dimiliki (judul dongeng: Keledai, Orang Tua, dan Seorang Anaknya)
8.    bagaimanapun ibu, adalah ibu yang harus, wajib dan harus dihormati, however she is (judul dongeng: Sangkuriang)
9.    kalau mendengar ulang cerita tersebut atau diminta menceritakan kembali, seperti menjadi salah satu tokoh di dalamnya dan seperti pernah hidup di massanya. Banyak juga karakter tokoh yang ada dalam cerita Ramayana menjadi inspirasi tersendiri (judul dongeng: Ramayana)
10.    dalam mencintai seseorang itu haruslah apa adanya. Kita harus bisa mencintai kelebihan seseorang begitu pula kerugiannya (judul dongeng: Cinderela)
11.    memberi banyak inspirasi dalam hidup (judul dongeng: Snow White)
12.    membuat saya harus berhati-hati dalam menjalankan kehidupan, dalam kondisi sesulit apapun kita harus bisa menghadapinya (judul dongeng: Abu Nawas)
13.    dapat dijadikan motivasi dan semangat hidup (judul dongeng: Si Kancil)
14.    menjadi orang yang bisa merasakan bukan orang yang merasa bisa (judul dongeng: Bawang Merah Bawang Putih)
15.    jadi putri baik hati (judul dongeng: Cinderala)
16.    harus selalu percaya diri (judul dongeng: Beauty and the Beast)
17.    kita tidak boleh berbohong dan ngerjain orang (judul dongeng: Kaki Edor-Nini Edor)
18.    lebih berpikir cerdas (judul dongeng: Si Kancil)
19.    Berkhayal menemukan pangeran, jadi harus menjadi orang yang baik untuk mendapatkan pangeran (judul dongeng: Ande Ande Lumut)
20.    Takut menyepelekan orang yang buruk rupanya dan buruk fisiknya (judul dongeng: Baruklinting)

3.    Analisa Hasil
Dari hasil di atas, bisa disimpulkan bahwa dongeng (sebenarnya tidak hanya dongeng tapi juga cerita anak, kisah para nabi, dan kisah-kisah orang seperti yang diceritakan dalam kitab suci) yang dibaca ketika masih kanak-kanak atau yang diceritakan oleh orang tua atau guru ketika masih kanak-kanak, ternyata masih berpengaruh pada anak tersebut sampai dia menikah, dan bahkan mempunyai anak. Bahkan, dongeng atau cerita anak yang berjudul sama dengan inti yang sama mempunyai pengaruh yang berbeda bagi beberapa anak.

Bagaimana jadinya kalau dongeng atau cerita anak itu sengaja ditulis dan diceritakan kepada anak-anak? Pengaruh yang ditimbulkannya pasti akan dahsyat sekali. Penulis sengaja menggarisbawahi kata ‘sengaja’ karena dongeng-dongeng yang diceritakan kepada anak-anak hanya dongeng-dongeng yang mengandung nilai n-Ach (the need for achievement – kebutuhan berprestasi) yang tinggi, yaitu: optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap tidak gampang menyerah.

Namum demikian, dalam konteks ini, menyangkut tiga hal yang menjadi ukuran tinggi-rendahnya nilai n-Ach—sebagaimana diandaikan McClelland—tidaklah bersifat mutlak, artinya tidak harus demikian persis, melainkan bisa disesuaikan dengan nilai-nilai moral-etik yang berkembang di dalam budaya kita, sesuai dengan kearifan lokal (local-wisdom) kita sendiri. Misalnya, sebagai bangsa Indonesia, kita bisa merasukkan sikap-sikap semacam: patriotis dan berani membela yang benar—sebagaimana tecermin dalam simbol bendera pusaka, solidaritas sosial—sebagaimana tersirat dari sila keadilan sosial dalam Pancasila, toleransi budaya—sebagaimana terekspresi dalam semangat “Bhineka Tunggal Ika”, berdisiplin (karena kita merasakan sendiri, bangsa Indonesia adalah bangsa yang mentoleransi keterlambatan dan tidak pernah datang tepat waktu), dan seterusnya.

Ditambah lagi, kalau dongeng-dongeng yang diceritakan pada anak-anak adalah dongeng-dongeng yang terkurikulum: sengaja ditulis, mengandung nilai n-Ach tinggi, dan didekasikan untuk anak-anak serta tidak hanya diceritakan oleh satu guru tapi oleh semua guru, penulis yakin, semakin dahsyatlah pengaruh dongeng itu terhadap anak-anak.

Hanya di ‘sekolah imajinasilah’ hal itu bisa terjadi. Mengapa hanya di sekolah imajinasi? Karena sekolah imajinasi mewajibkan guru untuk mendongeng kepada anak-anak sebelum mereka masuk ke topik yang akan dibicarakan. Atau, bisa saja dongeng yang diceritakan adalah dongeng yang berkaitan dengan topik yang kemudian dibahas.

Sebenarnya,  mendongeng atau bercerita adalah salah satu metode dalam mengajar. Sayangnya, seperti yang kita rasakan sekarang, metode ini sudah semakin ditinggalkan. Ketika masuk kelas, guru mulai jarang bercerita atau mendongeng. Guru hanya menekankan pada materi yang harus mereka ajarkan dalam satu tahun pelajaran. Ada juga guru yang beralasan tidak bisa bercerita atau mendongeng.

Kedua alasan ini sebenarnya tidak bisa diterima karena sudah kewajiban guru untuk memberi bimbingan, pengajaran, dan pelatihan kepada anak-anak dam pemuda dalam perkembangan dan pembentukan kepribadiannya dengan jalan melengkapinya dengan norma-norma/nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh negara dan bangsa.

Melihat hal di atas, sekolah imajinasi adalah solusi nyata dari permasalahan tersebut. Di sekolah imajinasi inilah – alasan kekurangan waktu dan alasan tidak bisa bercerita atau mendongeng – tidak bisa diterima. Di sekolah ini, mendongeng atau bercerita menjadi sesuatu yang harus dilakukan  sebelum pembelajaran dimulai. Kalau ada guru yang beralasan tidak bisa bercerita atau mendongeng, ini saatnya bagi guru tersebut untuk belajar lagi dengan begitu kemampuannya akan semakin meningkat. Kalau ada guru yang beralasan kekurangan waktu untuk mengajar materi pelajaran, ini saatnya bagi guru tersebut untuk menulis atau mencari dongeng atau cerita anak yang ada kaitannya dengan topik yang diajarkan. Di sekolah imajinasi tidak ada alasan bagi guru untuk tidak bercerita atau mendongeng.

Memang dongeng ini takkan terlihat dampaknya dalam hitungan satu atau dua tahun mendatang, tetapi – merujuk David McClelland – 25 tahun kemudian, cerita anak-anak yang mengandung nilai n-Ach yang tinggi pada suatu negeri selalu diikuti dengan adanya pertumbuhan yang tinggi dalam negeri itu. Dengan kata lain, jika sekolah imajinasi mulai diberlakukan tahun ini (dengan dongeng dan cerita anak lain yang terkurikulum dan mengandung nilai n-Ach yang tinggi), dalam 25 tahun yang akan datang tepatnya tahun 2033 terbentuklah generasi Indonesia yang mempunyai optimisme tinggi, berani mengubah nasib, tidak pantang menyerah, patriotis dan berani membela yang benar, mempunyai toleransi budaya dan nilai-nilai n-Ach lainnya yang sengaja disisipkan dalam dongeng-dongeng yang ditulis atau dibacakan atau diceritakan untuk anak-anak.

Jadi, jika sekarang ini, kita mempunyai generasi yang bermental KKN dari tingkat bawah sampai atas, dari orang biasa sampai pejabat negara, tak terlepas dari dongeng yang berkembang di masyarakat kita dari zaman dahulu bahkan sampai sekarang: Si Kancil Mencuri Timun (Kancil Nyolong Timun). Seperti yang terpapar jelas dalam dongeng itu, kancil begitu cerdik, licik, dan suka menipu. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya karakter anak-anak kita, jika mereka masih dibesarkan dengan dongeng di atas. Kita akan memiliki generasi yang sama seperti yang kita miliki sekarang.

Melihat paparan di atas, tidak ada alasan lain untuk tidak mengadakan ‘sekolah imajinasi’, sebuah sekolah seperti halnya sekolah sekarang ini, hanya saja mendongeng sebelum memulai pelajaran adalah hal yang harus dilakukan oleh semua guru yang mengajar di sekolah tersebut. Lewat dongeng-dongeng yang terkurikulum inilah, karakter anak Indonesia terbentuk dan pada akhirnya membentuk pula karakter bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Hernowo. 2005. Mengimpikan Sekolah Imajinasi. Bandung: Penerbit MLC.

Hernowo. 2005. Mengubah Sekolah. Bandung: Penerbit MLC.

http://lidahtinta.com

http://blogspa.wordpress.com

http://diniirawatitag.blogger.com

LPP Bina Insantama. …. Menjadi Pendidik Profesional. Yogyakarta: … .

Soenardi, R. Sabrur. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: Penerbit Pinkbooks.


Tim Penyusun Kamus dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

www.mediaindonesia.com

Ditulis untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanv42/

Minggu, 12 September 2010

EID MUBAROK

Naik delman keliling kota
Berhenti sebentar untuk beli makanan
Kata hati inginkan surga
Takkan kudapatkan jika tak kau maafkan

Ke Kalimantan naik pesawat terbang
Untuk berkeliling Kota Balikpapan
Terimakasih sangat kuucapkan
Atas maaf tulus yang kau berikan

Indonesia negara kita
Dia sangat indah dan kaya raya
Jangan kau ulang kesalahan yang sama
Agar aku tak sedih rasa.

Selamat Idul Fitri 1431 H
Mohon maaf Zahir dan batin

Selasa, 07 September 2010

Ernest Hemingway’s Top 5 Tips 
For Writing Well
by Brian Clark ·
Who better?
Many business people faced with the task of writing for marketing purposes are quick to say:
Hey, I’m no Hemingway!
But really, who better than Hemingway to emulate? Rather than embracing the flowery prose of the literati, he chose to eschew obfuscation at every turn and write simply and clearly.
So let’s see what Ernest can teach us about effective writing.

1. Use short sentences.
Hemingway was famous for a terse minimalist style of writing that dispensed with flowery adjectives and got straight to the point. In short, Hemingway wrote with simple genius.
Perhaps his finest demonstration of short sentence prowess was when he was challenged to tell an entire story in only 6 words:
For sale: baby shoes, never used.
2. Use short first paragraphs.
See opening.

3. Use vigorous English.
Here’s David Garfinkel’s take on this one:
It’s muscular, forceful. Vigorous English comes from passion, focus and intention. It’s the difference between putting in a good effort and TRYING to move a boulder… and actually sweating, grunting, straining your muscles to the point of exhaustion… and MOVING the freaking thing!

4. Be positive, not negative.
Since Hemingway wasn’t the cheeriest guy in the world, what does he mean by be positive? Basically, you should say what something is rather than what it isn’t.
This is what Michel Fortin calls using up words:
By stating what something isn’t can be counterproductive since it is still directing the mind, albeit in the opposite way. If I told you that dental work is painless for example, you’ll still focus on the word “pain” in “painless.”
• Instead of saying “inexpensive,” say “economical,”
• Instead of saying “this procedure is painless,” say “there’s little discomfort” or “it’s relatively comfortable,”
• And instead of saying “this software is error-free” or “foolproof,” say “this software is consistent” or “stable.”

5. Never have only 4 rules.
Actually, Hemingway did only have 4 rules for writing, and they were those he was given as a cub reporter at the Kansas City Star in 1917. But, as any web writer knows, having only 4 rules will never do.
So, in order to have 5, I had to dig a little deeper to get the most important of Hemingway’s writing tips of all:
“I write one page of masterpiece to ninety-one pages of shit,” Hemingway confided to F. Scott Fitzgerald in 1934. “I try to put the shit in the wastebasket.”



Sourced: http://www.copyblogger.com/ernest-hemingway-top-5-tips-for-writing-well/

(Cerita Pendek Sekali) Cinta Cinta

Hari ini aku hanya ingin menulis tentang Cinta dan Indonesia. Cinta tinggal di Indonesia dan sangat cinta dengan negaranya. Sayangnya, Indonesia tak pernah membalas cinta Cinta sebesar Cinta cinta ke Indonesia.

JFK bilang don't ask to your country what it can give to you, but ask yourself what you can give to it. So, Cinta, kamu tak usah menunggu balasan Indonesia atas cinta yang kau punya.