Senin, 30 Agustus 2010
CARA ADD TEMAN DI BLOG SPOT
Maaf, teman-teman yang kebetulan mampir di blogku ini, mau tanya bagaimana caranya add teman di sini. Aku bingung sekali. Maklum sudah terbiasa dengan Multiply? Dengan hal baru ini terkaget-kaget juga. Gimana ya caranya? Aku ingin mempunyai teman banyak, sebanyak temanku di Multiply. Thanks buat siapa saja yang berkenan menjawab pertanyaan ini.
LOMBA-LOMBA
Ketika semangat menulis sedang tinggi-tingginya seperti sekarang, yang kulakukan adalah blogwalking kemana-mana. Tujuannya tentu saja sambil membuka mata, membuka hati dengan segala tulisan dengan kata LOMBA...sebagai salah satu judulnya. Lomba apapun meski hanya berhadiah sebuah buku tetap diikuti. Tentu saja ada maksudnya mengapa aku mengikutinya?
Alasan utamanya adalah meningkatkan skill menulis. Dengan mengikuti aneka macam lomba, kita akan terbiasa menulis dengan berbagai tema. Alhasil, pena kita akan semakin lincah dalsm mengguratkan kata demi kata di atas layar monitor.
Yang namanya hasil, akan mengikuti dari sebuah proses yang kita lakukan bukan?
Alasan utamanya adalah meningkatkan skill menulis. Dengan mengikuti aneka macam lomba, kita akan terbiasa menulis dengan berbagai tema. Alhasil, pena kita akan semakin lincah dalsm mengguratkan kata demi kata di atas layar monitor.
Yang namanya hasil, akan mengikuti dari sebuah proses yang kita lakukan bukan?
Sabtu, 14 Agustus 2010
TUJUH BELAS AGUSTUS WAKTU ITU ... .
Tujuh belas Agustus waktu itu ada lomba. Aku ikut lomba makan krupuk. Banyak sekali pesertanya. Belum lagi penontonnya, antusias juga. Mental juaraku yang belum terasah membuatku ketakutan. Aku pun bersiap melarikan diri. Belum sempat ambil ancang-ancang kaki, aku dipanggil oleh juri. Dengan wajah memelas aku maju ke tengah arena dengan empat peserta lainnya. Empat kerupuk sudah disiapkan. Kerupuk-kerupuk itu digantung di langit-langit kantor balai desa.
"Satu... dua ... tiga," suara juri memecah ketakutanku.
Aku buru-buru menengadahkan kepalaku, mencoba menggigit kerupuk itu. Kerupuk itu begitu alot terasa di lidahku. Ouh,...siapa di sana? Mataku tak lagi terfokus pada kerupukku. Mataku tertumbuk padanya. Tak bisa lepas darinya. Ketakutan itu semakin keras kurasa. Sosok itu membuat ketakutanku timbul sempurna.
Aduh! Hiks...hiks...hiks...aku mulai menangis. Hu...hu...hu... Semakin keras saja suara tangisku ketika sosok itu menghilang. Aku menghentikan memakan kerupuk itu.
"Riya!" panggil salah satu juri.
Aku tak mempedulikannya. Aku terus mengikuti sosok itu. Satu sosok tubuh yang menggendong seorang anak kecil di pinggangnya.
"Mak!!" panggilku.
Sosok itu, yang tak lain ibuku menghentikan langkahnya.
Hu...hu...hu...suara tangisku semakin keras.
"Katanya lomba makan kerupuk," ibuku kudengar berkata-kata. "kok malah menangis?"
Hu...hu...hu... suara tangisku tak mau berhenti.
"Ya, sudah, kalau begitu pulang saja!" Ibuku berkata tegas sekali.
Aku menghentikan tangisku. Aku berjalan mengekor di belakangnya.
Hihihi...inilah pengalamanku ketika lomba makan kerupuk dua puluh lima tahun lalu. Masih ingat saja sampai sekarang. Habis memalukan sih. Jadinya, ya, teringat terus. Waktu itu aku masih TK dan terkenal nakal sebenarnya. Tapi, begitu lomba, aku tak bernyali sama sekali. Apalagi ketika ibuku menontonku makan kerupuk itu. Aku begitu ketakutan. Wkwkwkwk.
Tapi, sekarang aku tak ingin membicarakan masalah itu. Ada masalah penting lain yang ingin kutuliskan di sini.Apa tak ada lomba menarik lain yang bisa kita adakan untuk memperingati hari kelahiran negara kita tercinta? Tak pernahkah kita berpikir bahwa lomba makan kerupuk itulah salah satu penyebab orang-orang Indonesia begitu greedy ketika melihat uang hingga menyebabkan mereka begitu tega makan uang rakyat?
Aku sih baru berpikir tentang lomba makan kerupuk sekarang ketika Anaz mengadakan lomba ini. Coba dulu, kalau lombanya bukan makan kerupuk tapi lomba mata pelajaran, maka generasi-generasi sekarang tak suka makan uang banyak-banyakan dan cepat-cepatan. Apalagi kalau mereka tahu yang mereka makan bukan uang mereka sendiri tapi uang rakyat, mereka pasti akan berusaha keras untuk buru-buru mengembalikan? Asal kita tahu saja, pemenang lomba makan kerupuk itu pastilah orang yang paling cepat menyelesaikan makannya atau kalau tidak, ya, orang yang paling banyak makan kerupuknya. Hehehehe. Jadi, ada kaitannya kan lomba makan kerupuk dengan banyaknya koruptor di negeri kita sekarang? Para koruptor itu berlomba siapa yang lebih dahulu menghabiskan uang rakyat atau siapa yang paling banyak menghabiskan atau mengambil uang rakyat? Klop, kan dengan kriteria pemenang lomba makan kerupuk.
Kalau dulu lombanya mata pelajaran, maka generasi yang terbentuk adalah generasi pekerja keras yang cinta akan buku dan ilmu. Mau lomba mata pelajaran tapi tidak belajar keras atau malas membaca buku, bagaimana bisa menjadi pemenang? Tidak mungkin 'kan? Seorang pemenang lomba mata pelajaran, pastilah dia bekerja keras untuk menguasai seluruh materi lomba yang akan diikutinya. Tanpa itu, bagaimana dia bisa menang? Selain itu, juga akan membentuk pribadi-pribadi yang mempunyai sifat kompetitif atau mau bersaing dengan orang lain. Sifat kompetitif inilah yang akan membuat Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain.
Sebenarnya, tidak hanya lomba mata pelajaran saja yang bisa kita selenggarakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke - 65. Kita bisa juga mengadakan lomba bulu tangkis, sepak bola, kasti (waktu penulis masih di Purwodadi, lomba kasti ini selalu diadakan di tingkat kecamatan dan diikuti oleh seluruh desa yang ada di Kecamatan Wirosari - kecamatan di mana penulis tinggal, tapi tampaknya lomba itu sudah tidak ada sekarang), dan aneka lomba lainnya yang bisa menumbuhkan sikap kompetitif pesertanya.
Masih cocokkah lomba makan kerupuk diadakan untuk memperingati HUT RI? Berdasarkan paparan penulis di atas, para pembaca bisa menyimpulkan sendiri 'kan?
Tulisan ini ditulis untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh anazkia.blogspot.com. Mau ikutan? Klik link berikut ini: http://anazkia.blogspot.com/2010/08/ramadhan-maaf-maafan-dan-17an.html
"Satu... dua ... tiga," suara juri memecah ketakutanku.
Aku buru-buru menengadahkan kepalaku, mencoba menggigit kerupuk itu. Kerupuk itu begitu alot terasa di lidahku. Ouh,...siapa di sana? Mataku tak lagi terfokus pada kerupukku. Mataku tertumbuk padanya. Tak bisa lepas darinya. Ketakutan itu semakin keras kurasa. Sosok itu membuat ketakutanku timbul sempurna.
Aduh! Hiks...hiks...hiks...aku mulai menangis. Hu...hu...hu... Semakin keras saja suara tangisku ketika sosok itu menghilang. Aku menghentikan memakan kerupuk itu.
"Riya!" panggil salah satu juri.
Aku tak mempedulikannya. Aku terus mengikuti sosok itu. Satu sosok tubuh yang menggendong seorang anak kecil di pinggangnya.
"Mak!!" panggilku.
Sosok itu, yang tak lain ibuku menghentikan langkahnya.
Hu...hu...hu...suara tangisku semakin keras.
"Katanya lomba makan kerupuk," ibuku kudengar berkata-kata. "kok malah menangis?"
Hu...hu...hu... suara tangisku tak mau berhenti.
"Ya, sudah, kalau begitu pulang saja!" Ibuku berkata tegas sekali.
Aku menghentikan tangisku. Aku berjalan mengekor di belakangnya.
Hihihi...inilah pengalamanku ketika lomba makan kerupuk dua puluh lima tahun lalu. Masih ingat saja sampai sekarang. Habis memalukan sih. Jadinya, ya, teringat terus. Waktu itu aku masih TK dan terkenal nakal sebenarnya. Tapi, begitu lomba, aku tak bernyali sama sekali. Apalagi ketika ibuku menontonku makan kerupuk itu. Aku begitu ketakutan. Wkwkwkwk.
Tapi, sekarang aku tak ingin membicarakan masalah itu. Ada masalah penting lain yang ingin kutuliskan di sini.Apa tak ada lomba menarik lain yang bisa kita adakan untuk memperingati hari kelahiran negara kita tercinta? Tak pernahkah kita berpikir bahwa lomba makan kerupuk itulah salah satu penyebab orang-orang Indonesia begitu greedy ketika melihat uang hingga menyebabkan mereka begitu tega makan uang rakyat?
Aku sih baru berpikir tentang lomba makan kerupuk sekarang ketika Anaz mengadakan lomba ini. Coba dulu, kalau lombanya bukan makan kerupuk tapi lomba mata pelajaran, maka generasi-generasi sekarang tak suka makan uang banyak-banyakan dan cepat-cepatan. Apalagi kalau mereka tahu yang mereka makan bukan uang mereka sendiri tapi uang rakyat, mereka pasti akan berusaha keras untuk buru-buru mengembalikan? Asal kita tahu saja, pemenang lomba makan kerupuk itu pastilah orang yang paling cepat menyelesaikan makannya atau kalau tidak, ya, orang yang paling banyak makan kerupuknya. Hehehehe. Jadi, ada kaitannya kan lomba makan kerupuk dengan banyaknya koruptor di negeri kita sekarang? Para koruptor itu berlomba siapa yang lebih dahulu menghabiskan uang rakyat atau siapa yang paling banyak menghabiskan atau mengambil uang rakyat? Klop, kan dengan kriteria pemenang lomba makan kerupuk.
Kalau dulu lombanya mata pelajaran, maka generasi yang terbentuk adalah generasi pekerja keras yang cinta akan buku dan ilmu. Mau lomba mata pelajaran tapi tidak belajar keras atau malas membaca buku, bagaimana bisa menjadi pemenang? Tidak mungkin 'kan? Seorang pemenang lomba mata pelajaran, pastilah dia bekerja keras untuk menguasai seluruh materi lomba yang akan diikutinya. Tanpa itu, bagaimana dia bisa menang? Selain itu, juga akan membentuk pribadi-pribadi yang mempunyai sifat kompetitif atau mau bersaing dengan orang lain. Sifat kompetitif inilah yang akan membuat Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain.
Sebenarnya, tidak hanya lomba mata pelajaran saja yang bisa kita selenggarakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke - 65. Kita bisa juga mengadakan lomba bulu tangkis, sepak bola, kasti (waktu penulis masih di Purwodadi, lomba kasti ini selalu diadakan di tingkat kecamatan dan diikuti oleh seluruh desa yang ada di Kecamatan Wirosari - kecamatan di mana penulis tinggal, tapi tampaknya lomba itu sudah tidak ada sekarang), dan aneka lomba lainnya yang bisa menumbuhkan sikap kompetitif pesertanya.
Masih cocokkah lomba makan kerupuk diadakan untuk memperingati HUT RI? Berdasarkan paparan penulis di atas, para pembaca bisa menyimpulkan sendiri 'kan?
Tulisan ini ditulis untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh anazkia.blogspot.com. Mau ikutan? Klik link berikut ini: http://anazkia.blogspot.com/2010/08/ramadhan-maaf-maafan-dan-17an.html
Kamis, 12 Agustus 2010
HANYA KLIK DAPAT DUIT
Hanya Klik dapat DUIT.......
Klik dan isi data di menu registrasi gambar diatas atau klik DI SINI
Atau klik link di bawah ini:
http://bux.to/?r=Sulthanah
Klik dan isi data di menu registrasi gambar diatas atau klik DI SINI
Atau klik link di bawah ini:
http://bux.to/?r=Sulthanah
Rabu, 11 Agustus 2010
TIPS MENULIS
Berikut ini adalah tips menulis ala aku:
1. Banyaklah menulis tentang pengalaman sehari-hari dalam sebuah buku.
2. Banyaklah mengikuti lomba menulis apapun hadiahnya. Hal ini akan meningkatkan kualitas tulisan kita.
3. Banyaklah membaca. Penulis tanpa buku bacaan seperti sayur tanpa garam.
4. Selamat mencoba tips ini dan lihat hasilnya beberapa hari kemudian.
1. Banyaklah menulis tentang pengalaman sehari-hari dalam sebuah buku.
2. Banyaklah mengikuti lomba menulis apapun hadiahnya. Hal ini akan meningkatkan kualitas tulisan kita.
3. Banyaklah membaca. Penulis tanpa buku bacaan seperti sayur tanpa garam.
4. Selamat mencoba tips ini dan lihat hasilnya beberapa hari kemudian.
CONTOH PROPOSAL NASKAH
Mengirim naskah ke penerbit tanpa sebuah proposal naskah kurang lengkap rasanya. Berikut ini adalah satu contoh proposal naskah:
1. JUDUL PETUALANGAN ALANUR-KAMELON Seri
I: Episode Pulau Voda
2. Penulis Riya Adz Dzaki, Teguh Rasyid, Yudith
3. Jenis naskah Fiksi, Fantasi Anak
4. Isi naskah secara umum
Tahukah kalian tentang Kamelon? Wah, aku yakin kalian pasti akan menggeleng sebagai jawabannya. Baiklah! Akan kuceritakan kisahnya. Unta terbang? Pernahkah kalian melihatnya atau membaca cerita tentangnya? Pasti belum pernah 'kan? Itulah aku Kamelon si Unta Terbang dari padang pasir. Bisakah kalian bayangkan bagaimana rasanya terbang di atas punggungku? Alanur, sahabatku, tak harus membayangkan. Dia sudah merasakannya. Kami sering berpetualang mengelilingi gurun tempat tinggal kami. Mengunjungi tempat-tempat yang aku yakin belum pernah kalian kunjungi. Kemarin aku mengajak Alan melihat menara Eifel. Sayangnya, badai besar di lautan China Selatan membuatku terhempas, dan kami pun jatuh berdebam di lautan. Terdampar di Pulau kecil nan indah, Pulau Voda. Ketika kutinggalkan Alan untuk mencari makan, seseorang menolongnya. Aku pun terpisah dari sahabatku itu. Akhirnya aku memang dipertemukan kembali dengannya. Setelah melalui serangkaian peristiwa. Alan ditolong oleh orang tua yang baik hati: Paman Battel dan Bibi Oktopia. Dia juga berteman dengan Sokya dan adiknya, Vulga serta nenek Sokya: Mimi Woterina. Kedatanganku di pulau ini mengundang desas desus. Bayangkan? Unta kok bisa terbang. Tapi itulah kenyataannya, dan hal ini membuat orang-orang penasaran termasuk pangeran jahat, Pangeran Elian dan tangan kanannya, Penyihir Lang. Penyihir ini yang mengubah sahabat yang kutemui di Pulau Voda, Venta, menjadi putri duyung. Manusia separuh ikan. Aku marah pada pangeran dan penyihir jahat ini. Aku akan menolong sahabat baruku, Venta, sambil terus mencari keberadaan Alanur. Alanur ternyata juga selalu mencariku. Dia merasa begitu khawatir ketika tahu pangeran dan penyihir jahat itu menginginkanku. Dua keinginan yang kuat ini mencapai muaranya ketika akhirnya aku dipertemukan dengannya. Aku, Alan, Sokya-dengan bola ajaibnya peninggalan ayahnya, Vulga, Venta, Mimi Woterina, Paman Battel dan Bibi Oktopia bahu-membahu menghadapi Pangeran Elian dan Penyihir Lang. Apa yang dilakukan Sokya Alanur dan kawan-kawan terhadap pangeran jahat dan Penyihir Lang ini? Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Setelah pengalaman yang menegangkan ini, aku dan Alanur melanjutkan perjalanan kami. Berpetualang dari satu negeri ke negeri lain. Dari satu pulau ke pulau lain. Mau mendengar ceritaku? Baca terus ya petualanganku!
5. Target pembaca Semua anak usia 6-12 tahun
6. Data naskah Jumlah halaman 31 kwarto, 12 pt Times New Roman, 1 spasi format penulisan umum
7. Manfaat bagi pembaca Mengambangkan imajinasi pembacanya, belajar tentang persahabatan dan keberanian melawan yang jahat.
8. Kelebihan-kelebihan naskah Belum ada cerita yang menceritakan tentang unta terbang sebelumnya. Imajinasi luar biasa hingga unta terbang itu pun ada dan hidup dalam sebuah cerita.
9. Pesaing Belum ada novel fantasi anak yang berkisah cerita ini sebelumnya
10. Dukungan penjualan Saya seorang guru yang biasa mengadakan lomba tingkat kota Semarang. Di setiap lomba yang saya adakan saya bisa ikut menjual novel fantasi ini. Target penjualan saya 500 eksemplar. Selain itu, saya siap membantu launching buku ini di Semarang
11. Lain-lain Novel fantasi ini ditulis secara estafet oleh tiga orang dari tempat yang berjauhan. Riya Adz Dzaki: Semarang, Teguh Rasyid: Yogyakarta, dan Yudith Fabiola: Singapura (Urutan nama berdasarkan alfabetikal order)
1. JUDUL PETUALANGAN ALANUR-KAMELON Seri
I: Episode Pulau Voda
2. Penulis Riya Adz Dzaki, Teguh Rasyid, Yudith
3. Jenis naskah Fiksi, Fantasi Anak
4. Isi naskah secara umum
Tahukah kalian tentang Kamelon? Wah, aku yakin kalian pasti akan menggeleng sebagai jawabannya. Baiklah! Akan kuceritakan kisahnya. Unta terbang? Pernahkah kalian melihatnya atau membaca cerita tentangnya? Pasti belum pernah 'kan? Itulah aku Kamelon si Unta Terbang dari padang pasir. Bisakah kalian bayangkan bagaimana rasanya terbang di atas punggungku? Alanur, sahabatku, tak harus membayangkan. Dia sudah merasakannya. Kami sering berpetualang mengelilingi gurun tempat tinggal kami. Mengunjungi tempat-tempat yang aku yakin belum pernah kalian kunjungi. Kemarin aku mengajak Alan melihat menara Eifel. Sayangnya, badai besar di lautan China Selatan membuatku terhempas, dan kami pun jatuh berdebam di lautan. Terdampar di Pulau kecil nan indah, Pulau Voda. Ketika kutinggalkan Alan untuk mencari makan, seseorang menolongnya. Aku pun terpisah dari sahabatku itu. Akhirnya aku memang dipertemukan kembali dengannya. Setelah melalui serangkaian peristiwa. Alan ditolong oleh orang tua yang baik hati: Paman Battel dan Bibi Oktopia. Dia juga berteman dengan Sokya dan adiknya, Vulga serta nenek Sokya: Mimi Woterina. Kedatanganku di pulau ini mengundang desas desus. Bayangkan? Unta kok bisa terbang. Tapi itulah kenyataannya, dan hal ini membuat orang-orang penasaran termasuk pangeran jahat, Pangeran Elian dan tangan kanannya, Penyihir Lang. Penyihir ini yang mengubah sahabat yang kutemui di Pulau Voda, Venta, menjadi putri duyung. Manusia separuh ikan. Aku marah pada pangeran dan penyihir jahat ini. Aku akan menolong sahabat baruku, Venta, sambil terus mencari keberadaan Alanur. Alanur ternyata juga selalu mencariku. Dia merasa begitu khawatir ketika tahu pangeran dan penyihir jahat itu menginginkanku. Dua keinginan yang kuat ini mencapai muaranya ketika akhirnya aku dipertemukan dengannya. Aku, Alan, Sokya-dengan bola ajaibnya peninggalan ayahnya, Vulga, Venta, Mimi Woterina, Paman Battel dan Bibi Oktopia bahu-membahu menghadapi Pangeran Elian dan Penyihir Lang. Apa yang dilakukan Sokya Alanur dan kawan-kawan terhadap pangeran jahat dan Penyihir Lang ini? Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Setelah pengalaman yang menegangkan ini, aku dan Alanur melanjutkan perjalanan kami. Berpetualang dari satu negeri ke negeri lain. Dari satu pulau ke pulau lain. Mau mendengar ceritaku? Baca terus ya petualanganku!
5. Target pembaca Semua anak usia 6-12 tahun
6. Data naskah Jumlah halaman 31 kwarto, 12 pt Times New Roman, 1 spasi format penulisan umum
7. Manfaat bagi pembaca Mengambangkan imajinasi pembacanya, belajar tentang persahabatan dan keberanian melawan yang jahat.
8. Kelebihan-kelebihan naskah Belum ada cerita yang menceritakan tentang unta terbang sebelumnya. Imajinasi luar biasa hingga unta terbang itu pun ada dan hidup dalam sebuah cerita.
9. Pesaing Belum ada novel fantasi anak yang berkisah cerita ini sebelumnya
10. Dukungan penjualan Saya seorang guru yang biasa mengadakan lomba tingkat kota Semarang. Di setiap lomba yang saya adakan saya bisa ikut menjual novel fantasi ini. Target penjualan saya 500 eksemplar. Selain itu, saya siap membantu launching buku ini di Semarang
11. Lain-lain Novel fantasi ini ditulis secara estafet oleh tiga orang dari tempat yang berjauhan. Riya Adz Dzaki: Semarang, Teguh Rasyid: Yogyakarta, dan Yudith Fabiola: Singapura (Urutan nama berdasarkan alfabetikal order)
Langganan:
Postingan (Atom)